Pernikahan di Tahun-Tahun Awal: Masa Ujian yang Menempa Kesabaran Pasangan
Targetinfo-news - Dalam perjalanan rumah tangga, setiap tahun pernikahan memiliki tantangannya sendiri. Di Indonesia, banyak pasangan yang mengakui bahwa tahun-tahun awal pernikahan—mulai dari tahun pertama hingga ketujuh—sering kali menjadi fase penyesuaian yang penuh dinamika. Berbagai persoalan muncul silih berganti, dari masalah ekonomi hingga relasi dengan keluarga besar.
Berbagai kendala umum seperti ekonomi yang menurun, belum dikaruniai momongan, perbedaan pendapat dengan pasangan, hingga hubungan yang kurang harmonis dengan mertua, menjadi “tamu rutin” pada fase awal perjalanan rumah tangga. Meski demikian, para konselor keluarga menegaskan bahwa selama masalah tersebut bukan termasuk kategori berat seperti KDRT, perselingkuhan, penelantaran keluarga, atau masalah serius lainnya, pasangan masih memiliki peluang besar untuk memperbaikinya bersama.
Kesabaran menjadi kunci utama. Para tokoh keluarga dan penyuluh pernikahan menyebutkan bahwa fase awal ini justru bagian dari proses “pembentukan karakter” dalam rumah tangga. Pasangan belajar untuk menahan ego, menyelaraskan cara berpikir, memahami perbedaan, serta mencari solusi secara bersama.
Menariknya, ujian terbesar dalam rumah tangga disebut-sebut bukan berada pada tahun-tahun awal, melainkan saat pernikahan memasuki usia 10 tahun ke atas. Fase ini dikenal sebagai fase kejenuhan, ketika masalah tidak lagi seputar ekonomi atau konflik mertua, tetapi mengenai ketahanan hati, komitmen untuk tetap saling mencintai, dan kemampuan mempertahankan kehangatan hubungan.
Ketika pasangan sampai pada fase jenuh tersebut, hanya kenangan perjuangan bersama di tahun-tahun awal yang menjadi penguat. Nostalgia tentang bagaimana mereka bersama-sama melewati masa sulit dengan saling mendukung dapat menjadi bahan bakar emosional untuk terus bertahan dan menjaga keharmonisan.
Para ahli menilai bahwa masa 1–7 tahun pernikahan merupakan tahap pembentukan pondasi. Tahun-tahun ini dianggap sebagai cara Tuhan menempa kesabaran pasangan sebelum menghadapi ujian-ujian yang lebih besar di kemudian hari. Pada akhirnya, ujian sejati dalam pernikahan adalah mencintai orang yang sama, setiap hari, selama-lamanya.
Banyak pasangan meyakini, bila mampu melewati fase-fase ini dengan lapang dada, komunikasi yang baik, serta saling menguatkan, kebahagiaan rumah tangga akan menjadi lebih kokoh hingga menua bersama—bahkan hingga menuju Surga-Nya, sebagaimana keyakinan sebagian pasangan Muslim.
— Redaksi
