Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Sebaiknya Berupa Nominal Uang .( Murid Sekolah Lebih Suka Makanan dan Masakan Seperti Bakso. Batagor. Nasi Goreng, Ketoprak, Pecel daripada Makanan Bergizi Rawan Keracunan )

Table of Contents


Targetinfo news

SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA. (28/09/2025). - Melihat kenyataan akhir- akhir ini, apa tak sebaiknya program Makanan Bergizi Gratis ( MBG ) untuk murid sekolah diberikan berupa uang dengan nominal sebesar 15 ribu rupiah, bila mau dipaksakan dan diteruskan dengan menu makanan bergizi, lebih kurang sebesar 25 ribu akan memenuhi standar makanan bergizi. Dan lebih gampang serta bisa ditanggulangi oleh catering-catering yang berpengalaman, tidak seperti seperti saat ini, banyak permasalahan yang muncul dimana-mana, karena kateringnya dadakan dan dipaksakan.

Alasan lain dengan program sekarang, apa mungkin anak sekolah milenial yang berdomisili di perkotaan akan suka dengan jenis masakan yang diberikan untuk daerah perkotaan ?, kalau dari daerah pedesaan masih bisa dimungkinkan.

Bila jumlah sekolah di setiap kabupaten dan kota secara keseluruhan berjumlah 1300 sekolah dan jumlah murid 200 ribu murid per kabupaten dan tentunya dimungkinkan setiap sekolah ada murid yang tidak masuk misal 1 orang murid, berarti 1300 paket tidak diberikan pada murid, dikemanakan ?

Hal lain bila diberikan berupa uang dengan jumlah 15 ribu, diberikan pada anak.anak.sekolah, lebih aman kalau mereka beli bakso dan batagor, dll. Seperti diketahui selama ini belum ada yang keracunan makanan tersebut.

1. Soal Bentuk Bantuan

Saat ini bentuknya makanan jadi (catering) dengan nilai setara Rp25.000.

Alternatif, bila berikan saja uang Rp15.000 langsung ke siswa. Dengan uang itu mereka bisa membeli makanan yang mereka suka (bakso, batagor, dll.), terutama di kota.

2. Soal Selera Anak Sekolah

Untuk daerah kota, anak-anak sekolah milenial mungkin tidak terlalu suka menu standar dari pemerintah (catering).

Untuk daerah desa, lebih mungkin diterima karena pilihan makanan di sekitar sekolah lebih terbatas, jadi makanan dari program masih relevan.

3. Soal Efisiensi & Pemborosan

Jika ada anak yang tidak masuk sekolah, maka jatah makanan (paket catering) bisa hilang atau tidak jelas kemana perginya. Dengan sistem uang, hal ini lebih bisa diatur (uang hanya disalurkan jika anak hadir).

Ada potensi masalah akuntabilitas bila 1.500 sekolah dikali jumlah paket hilang setiap hari.

4. Soal Kualitas vs Praktis

Argumen program sekarang: dengan Rp25.000 bisa dipastikan anak dapat makanan bergizi.

Tapi argumen Anda: walaupun uang Rp15.000 mungkin tidak memenuhi standar gizi sempurna, setidaknya lebih realistis, anak bisa pilih, lebih hemat, dan menghindari pemborosan paket hilang.

kesimpulan analisis :

- Kelebihan uang tunai: fleksibel, sesuai selera, mengurangi pemborosan.

- Kelemahan uang tunai: tidak ada jaminan gizi, bisa dipakai untuk beli jajanan kurang sehat.

- Kelebihan makanan jadi (catering): ada jaminan standar gizi, bisa melibatkan UMKM katering lokal.

- Kelemahan makanan jadi: rawan tidak diminati anak, pemborosan kalau siswa absen, logistik rumit.

Artinya, mungkin solusi tengahnya bisa dipikirkan:

Hybrid system: di desa tetap makanan jadi (katering), di kota berbentuk voucher atau uang makan.

Digitalisasi absensi: uang/makanan hanya keluar kalau anak benar-benar hadir.


IWAN SINGADINATA.

(KONTRIBUTOR BERITA DAERAH)

#INDONESIANTOPOFTHEWORLD,#PUBLIK

#MAKANANBERGIZIGRATIS,#SEMUAMURIDSEKOLAH,#SEMUASEKOLAH,#SOROTANTAJAM