Di-Negeriku Indonesia Ada Sekelompok Orang Pintar Kebelinger "

Table of Contents


Targetinfo news com

( Istilah ini sering digunakan dalam konteks sosial, politik, atau budaya, untuk mengkritik orang yang secara logika harusnya "tahu lebih baik ).

SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA.(11/05/2025). Istilah "Orang pintar tapi keblinger" , bila dipahami secara luas mengacu pada seseorang yang secara intelektual cerdas atau berpendidikan tinggi, tapi pemikirannya atau tindakannya malah menyimpang, tidak masuk akal, atau menyesatkan. 

Untuk itu, mereka bisa :

-Menggunakan kecerdasannya untuk hal yang keliru atau tidak etis.

-Terjebak dalam ego, fanatisme, atau ilusi kehebatan sendiri.

-Kehilangan akal sehat karena terlalu percaya pada teori, ideologi, atau pemahaman yang sempit.

Pada dasarnya Istilah ini sering digunakan dalam konteks sosial, politik, atau budaya, untuk mengkritik orang yang secara logika harusnya "tahu lebih baik," tapi justru membuat keputusan yang merugikan atau tidak rasional.

Dalam istilah modern terkait istilah yang trending, yang dimaksud adalah :

-Intellectual arrogance: kesombongan intelektual.

-High IQ, low EQ: pintar logika tapi miskin empati/sosial.

The Dunning-Kruger effect (dalam konteks terbalik): kadang orang sangat pintar justru tidak menyadari keterbatasannya dalam bidang lain.

Para Pemikir Barat Seperi Antara Lain :

1. Plato – “The Noble Lie” dan kritik atas para Sophist

Plato dalam The Republic mengkritik para Sophist—orang-orang pintar yang menggunakan logika dan retorika untuk membenarkan hal yang salah demi kepentingan pribadi. Mereka cerdas, tapi tidak bijaksana—pintar tapi menyesatkan.

2. G.K. Chesterton – “The madman is not the man who has lost his reason, but who has lost everything except his reason.”

Chesterton menyatakan bahwa orang gila bukan orang yang kehilangan logika, tapi orang yang hanya hidup dalam logika tanpa realitas atau empati. Ini menggambarkan orang pintar yang keblinger karena terlalu kaku pada pemikiran sempit..

3. C.S. Lewis – “Men without chests”

Dalam The Abolition of Man, Lewis menyebut kaum intelektual modern sebagai "men without chests" – yaitu mereka yang berotak besar tapi kehilangan hati nurani dan moralitas.

4. Bertrand Russell – “The fundamental cause of trouble in the modern world is that the stupid are cocksure while the intelligent are full of doubt.”

Ini bisa dibalik: kadang orang cerdas pun bisa terlalu yakin hingga kehilangan kerendahan hati, yang membuat mereka terjebak dalam keyakinan salah.

The Dunning-Kruger effect (dalam konteks terbalik): kadang orang sangat pintar justru tidak menyadari keterbatasannya dalam bidang lain.

Sumber : Dari berbagai literatur dan pustaka pribadi.


IWAN SINGADINATA.

(KONTRIBUTOR BERITA)

#NUSANTARA,#INTERNASIONAL,#PUBLIK