" Pengertian malam lailatul qodar secara rasional, apa yang sebenarnya malam seribu bulan berdasar pada perhitunga bulan berarti perjuangan nabi muhamad selama ini, terutams bila dikaitkan dengan al'quran ( Meningkatkan Pengeyahuan ).

Table of Contents

Targetinfo news com--//SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA.,(17/03/2025). Secara rasional, Malam Lailatul Qadar sering diartikan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan (QS Al-Qadr: 3). Jika dihitung secara matematis, seribu bulan sama dengan sekitar 83 tahun 4 bulan, yang dalam kehidupan manusia bisa dianggap sebagai satu usia penuh yang panjang.

Namun, makna sebenarnya dari "lebih baik dari seribu bulan" bukan hanya soal hitungan waktu, melainkan nilai dan keutamaannya. Malam ini memiliki berkah dan pahala yang sangat besar, di mana amal ibadah yang dilakukan pada malam itu lebih bernilai daripada ibadah selama seribu bulan tanpa Lailatul Qadar. Ini menunjukkan bahwa ada momen-momen dalam hidup yang lebih bermakna daripada sekadar panjangnya waktu.

Kaitan dengan Perjuangan Nabi Muhammad dan Al-Qur'an

Jika dihitung secara historis, perjuangan dakwah Nabi Muhammad secara aktif berlangsung sekitar 23 tahun (13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah). Dibandingkan dengan "seribu bulan" yang kira-kira 83 tahun, secara angka perjuangan beliau tampak lebih singkat. Namun, bukan berarti perjuangan itu kecil nilainya. Justru, dalam waktu yang relatif singkat, Al-Qur'an turun sebagai pedoman hidup umat manusia hingga akhir zaman.

Dengan kata lain ;

Perjuangan Nabi tidak diukur dari lamanya waktu, tetapi dari dampaknya yang abadi.

Malam Lailatul Qadar adalah simbol bahwa ada waktu-waktu istimewa yang nilainya jauh lebih besar dibanding sekadar hitungan tahun.

Jadi, jika dikaitkan, Lailatul Qadar mengajarkan bahwa nilai suatu peristiwa tidak hanya diukur dari durasi perjuangan, tetapi dari keberkahannya dan dampaknya bagi kehidupan manusia. Begitu pula dengan perjuangan Rasulullah—meskipun 23 tahun, ajarannya bertahan hingga akhir zaman.

Ada apa dan kenapa mesti malam ganjil menhapa harus demikian ?.

Pertanyaan tentang kenapa Lailatul Qadar terjadi di malam ganjil adalah sesuatu yang menarik jika ditinjau secara rasional. Dalam Islam, ada banyak indikasi yang menyebutkan bahwa malam ini terjadi pada sepuluh malam terakhir Ramadan, khususnya di malam-malam ganjil (21, 23, 25, 27, atau 29) berdasarkan hadis-hadis Nabi Muhammad.

Mengapa Malam Ganjil?

Pola Ketidakterdugaan & Ujian Keikhlasan

Jika malam ini ditentukan secara pasti, maka orang akan cenderung hanya beribadah pada malam tersebut. Namun, dengan adanya unsur ketidakpastian, umat Islam didorong untuk lebih giat beribadah sepanjang sepuluh malam terakhir, bukan hanya di satu malam tertentu.

Makna Simbolik Angka Ganjil dalam Islam

Dalam banyak ajaran Islam, angka ganjil memiliki keutamaan khusus.

Nama Allah, Al-Witr (Yang Maha Esa dan Ganjil), menunjukkan bahwa sesuatu yang ganjil memiliki keistimewaan tersendiri.

Banyak ibadah dalam Islam juga dilakukan dalam jumlah ganjil, seperti rakaat salat witir, jumlah takbir dalam Idulfitri dan Iduladha, serta jumlah lemparan jumrah saat haji.

Pola Alam Semesta dan Ritme Kehidupan

Banyak hal di alam semesta ini memiliki keseimbangan antara ganjil dan genap.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ritme biologis manusia sering kali lebih selaras dengan pola ganjil dalam hitungan hari dan siklus energi.

Mungkin ini adalah salah satu cara untuk mengajak manusia selaras dengan ritme spiritual tertentu, di mana malam-malam ganjil lebih spesial dalam pencarian Lailatul Qadar.

Korelasi dengan Perjalanan Wahyu

Malam Lailatul Qadar adalah malam ketika Al-Qur’an pertama kali diturunkan.

Ada pendapat bahwa malam itu jatuh pada malam ganjil dari sepuluh hari terakhir Ramadan sebagai bentuk keharmonisan dengan pola angka dalam wahyu-wahyu sebelumnya.

Ya, ada beberapa hadis yang menyebutkan bahwa Lailatul Qadar terjadi di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir Ramadan. Salah satu hadis yang paling terkenal adalah:

1. Hadis tentang Lailatul Qadar di Malam Ganjil

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah ï·º bersabda:

"Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadan."

(HR. Bukhari No. 2017, Muslim No. 1169)

Hadis ini menunjukkan bahwa tidak ada kepastian malam tertentu, tetapi kita dianjurkan untuk mencarinya pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir Ramadan.

2. Hadis Tentang Tanda-Tanda Lailatul Qadar

Nabi ï·º juga memberikan ciri-ciri malam Lailatul Qadar dalam beberapa riwayat:

Dari Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ï·º bersabda:

"Tanda-tanda Lailatul Qadar adalah malamnya terang, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, matahari keesokan paginya terbit tanpa sinar yang menyilaukan."

(HR. Muslim No. 762)

Hadis ini menjelaskan bahwa Lailatul Qadar memiliki suasana yang berbeda dari malam biasanya, dengan ketenangan dan cahaya matahari pagi yang tampak lebih lembut.

Kesimpulan1

. Lailatul Qadar terjadi di malam ganjil bukan sekadar kebetulan, tetapi mengandung hikmah mendalam: untuk menguji keikhlasan, menyesuaikan pola ibadah dengan ritme spiritual, dan menunjukkan keutamaan angka ganjil dalam Islam. Hal ini juga mengajarkan bahwa dalam hidup, tidak semua hal harus bisa diprediksi dengan pasti, karena ada nilai dalam pencarian dan usaha.

2. Hadis-hadis ini menunjukkan bahwa:

Lailatul Qadar terjadi di sepuluh malam terakhir Ramadan, terutama di malam ganjil.

Tidak disebutkan tanggal pasti, agar umat Islam bersungguh-sungguh dalam ibadah.

Ada tanda-tanda khusus, seperti malam yang tenang dan matahari pagi yang tidak menyilaukan.

Jadi, mengapa malam ganjil? Itu bagian dari hikmah ilahi untuk menguji ketulusan umat dalam mencarinya dan memperbanyak ibadah di sepuluh malam terakhir Ramadan.

Sumber : dari literatur populer dan pustaka pribadi

IWAN SINGADINATA.

@ DINAS KEMENAG KABUPATEN TASIKMALAYA

@ KOMINFO KABUPATEN TASIKMALAYA

#PUBLIK,#SEMUAORANG,#SOROTAN